Minggu, 25 Oktober 2009

KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ada 6 macam model :
1. Psikoanalisa
2. Interpersonal
3. Social
4. Existensial
5. Supportive therapy
6. Medical

A. Model psikoanalisis (Freud, Ericson)
Gangguan jiwa terjadi akibat :
Perkembangan diri: Artinya gangguan jiwa dapat terjadi karena perkembangan seseorang ketika masih kecil/kanak –kanak atau kasus yang terjadi adalah akibat masa lalu, Resolusi konflik perkembangan yang inadequate : Artinya gangguan jiwa terjadi karena seseorang tidak dapat menyelesaikan masalahnya di masa lalu dengan baik, sehingga muncul ketidakpuasan.

Ego (akal) tidak dapat mengontrol id (kehendak nafsu atau insting)
Gejala – gejala yang muncul adalah hasil usaha untuk berkompromi dengan kecemasan dan berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi, Psikoanalisa sampai saat ini dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner dibidang psikologi.
Hipotesis psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif – motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.

Proses terapi
Asosiasi bebas.
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya tanpa penyuntingan atau penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik ini penderita disupport untuk bias berada dalam kondisi relaks baik fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaan relaks maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal

Analisa mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena mimpi timbul akibat respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya timbul akibat permasalahan yang selama ini disimpan dalam alam bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh pasien. Dengan mengkaji mimpi dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat ditemukan dan diselesaikan.

Transferen
Untuk memperbaiki traumatik masa lalu
Peran pasien dan perawat
Klien mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya
Perawat melakukan assessment atau pengkajian tentang keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu (pernah disiksa orang tua, diperkosa pada masa kanak – kanak, ditelantarkan dll) dengan pendekatan komunikasi traumatic setelah terjalin trust (saling percaya)

B. Interpersonal Model (Sullivan, Peplau)
Gangguan jiwa bias muncul karena adanya ancaman, ancaman menimbulkan kecemasan (anxiety). Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal) Perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang disekitarnya misalnya : unwanted child

Proses terapi
Build Feeling Security
Berupaya membangun rasa aman bagi klien
Trusting relationship and interpersonal satisfaction
Menjalin hubungan saling percaya dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran pasien dan perawat
Klien melakukan share anxieties (sharing kepada perawat tentang apa – apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain)
Perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa – apa yang dirasakan klien. Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain

C. Social Model (Caplan, Szasz)
Gangguan jiwa/penyimpangan perilaku karena banyaknya factor social dan factor lingkungan yang memicu munculnya stress pada seseorang
Akumulasi stressor yang ada dilingkungan (bising, macet, iklim sangat dingin/panas dll) akan mencetuskan stress pada individu
Stressor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan social (misalkan : anak nakal, atasan galak, istri cerewet dll)

Proses terapi
Environment manipulation and social support
Modifikasi lingkungan dan adanya dukungan social missal : rumah harus bersih, teratur, harum, tidak bising, ventilasi cukup, penataan alat dan perabot yang teratur
Peran pasien dan perawat
Klien menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami istri
Perawat berupaya menggali system social klien seperti suasana rumah, kantor, sekolah, masyarakat atau tempat kerja

D. Existensial model (Ellis, Roger)
Gangguan jiwa atau gangguan perilaku terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya, individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam body imagenya
Seringkali individu merasa asing dan bingung dengan dirinya sendiri, sehingga pencarian makna kehidupannya (eksistensinya) menjadi kabur
Individu tidak bisa menjawab pertanyaan
- siapakah saya ini sebenarnya?
- Apa tujuan saya lahir ke dunia ini?
- Apa kelebihan dan kekurangan saya?
- Bagaimana seharusnya saya bersikap agar orang lain menyukai saya?
- Apa pegangan hidup saya?
- Norma mana yang saya anut?

Proses terapi
Experience in relationship
Mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dianggap bias menjadi panutan
Self assessment
Memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi
Conducted in group
Bergaul dengan kelompok social dan kemanusiaan
Encourage to accept self and control behavior
Mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain
Peran pasien dan perawat
Klien berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feedback dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok
Perawat berusaha memperluas kesadaran diri klien melalui feedback, kritik, saran atau reward dan punishment

E. Supportive therapy model (Wermon, Rockland)
Gangguan jiwa disebabkan oleh factor biopsikososial dan respon maladaptive terhadap stressor saat ini
Aspek biologis : sering sakit maag, migraine, batuk –batuk
Aspek psikologis : mudah cemas, kurang percaya diri, pemarah, perasaan bersalah
Aspek social : susah bergaul, menarik diri, tidak disukai, tidak mampu mendapat pekerjaan
Stressor saat ini : PHK, test masuk kerja
Manifestasi gangguan jiwa muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada masalah – masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Ketidakmampuan beradaptasi dan menerima apapun hasilnya setelah berupaya maksimal, menyebabkan individu menjadi stress.
Proses terapi
Menguatkan respon koping adaptif individu diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan dirinya dan kekuatan mana yang bias dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Peran pasien dan perawat
Klien terlibat dalam identifikasi koping yang dimiliki dan biasa dipakai klien
Perawat berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan koping klien yang adaptif.

F. Medical model (Meyer, Kraeplin)
Gangguan jiwa muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi : aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor social
Focus penatalaksanaan harus lengkap meliputi pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang
Terapis berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan jenis pendekatan terapi yang dilakukan.

KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ada 6 macam model :
1. Psikoanalisa
2. Interpersonal
3. Social
4. Existensial
5. Supportive therapy
6. Medical

A. Model psikoanalisis (Freud, Ericson)
Gangguan jiwa terjadi akibat :
Perkembangan diri: Artinya gangguan jiwa dapat terjadi karena perkembangan seseorang ketika masih kecil/kanak –kanak atau kasus yang terjadi adalah akibat masa lalu, Resolusi konflik perkembangan yang inadequate : Artinya gangguan jiwa terjadi karena seseorang tidak dapat menyelesaikan masalahnya di masa lalu dengan baik, sehingga muncul ketidakpuasan.

Ego (akal) tidak dapat mengontrol id (kehendak nafsu atau insting)
Gejala – gejala yang muncul adalah hasil usaha untuk berkompromi dengan kecemasan dan berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi, Psikoanalisa sampai saat ini dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner dibidang psikologi.
Hipotesis psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif – motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.

Proses terapi
Asosiasi bebas.
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya tanpa penyuntingan atau penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik ini penderita disupport untuk bias berada dalam kondisi relaks baik fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaan relaks maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal

Analisa mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena mimpi timbul akibat respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya timbul akibat permasalahan yang selama ini disimpan dalam alam bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh pasien. Dengan mengkaji mimpi dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat ditemukan dan diselesaikan.

Transferen
Untuk memperbaiki traumatik masa lalu
Peran pasien dan perawat
Klien mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya
Perawat melakukan assessment atau pengkajian tentang keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu (pernah disiksa orang tua, diperkosa pada masa kanak – kanak, ditelantarkan dll) dengan pendekatan komunikasi traumatic setelah terjalin trust (saling percaya)

B. Interpersonal Model (Sullivan, Peplau)
Gangguan jiwa bias muncul karena adanya ancaman, ancaman menimbulkan kecemasan (anxiety). Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal) Perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang disekitarnya misalnya : unwanted child

Proses terapi
Build Feeling Security
Berupaya membangun rasa aman bagi klien
Trusting relationship and interpersonal satisfaction
Menjalin hubungan saling percaya dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran pasien dan perawat
Klien melakukan share anxieties (sharing kepada perawat tentang apa – apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain)
Perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa – apa yang dirasakan klien. Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain

C. Social Model (Caplan, Szasz)
Gangguan jiwa/penyimpangan perilaku karena banyaknya factor social dan factor lingkungan yang memicu munculnya stress pada seseorang
Akumulasi stressor yang ada dilingkungan (bising, macet, iklim sangat dingin/panas dll) akan mencetuskan stress pada individu
Stressor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan social (misalkan : anak nakal, atasan galak, istri cerewet dll)

Proses terapi
Environment manipulation and social support
Modifikasi lingkungan dan adanya dukungan social missal : rumah harus bersih, teratur, harum, tidak bising, ventilasi cukup, penataan alat dan perabot yang teratur
Peran pasien dan perawat
Klien menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami istri
Perawat berupaya menggali system social klien seperti suasana rumah, kantor, sekolah, masyarakat atau tempat kerja

D. Existensial model (Ellis, Roger)
Gangguan jiwa atau gangguan perilaku terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya, individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam body imagenya
Seringkali individu merasa asing dan bingung dengan dirinya sendiri, sehingga pencarian makna kehidupannya (eksistensinya) menjadi kabur
Individu tidak bisa menjawab pertanyaan
- siapakah saya ini sebenarnya?
- Apa tujuan saya lahir ke dunia ini?
- Apa kelebihan dan kekurangan saya?
- Bagaimana seharusnya saya bersikap agar orang lain menyukai saya?
- Apa pegangan hidup saya?
- Norma mana yang saya anut?

Proses terapi
Experience in relationship
Mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dianggap bias menjadi panutan
Self assessment
Memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi
Conducted in group
Bergaul dengan kelompok social dan kemanusiaan
Encourage to accept self and control behavior
Mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain
Peran pasien dan perawat
Klien berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feedback dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok
Perawat berusaha memperluas kesadaran diri klien melalui feedback, kritik, saran atau reward dan punishment

E. Supportive therapy model (Wermon, Rockland)
Gangguan jiwa disebabkan oleh factor biopsikososial dan respon maladaptive terhadap stressor saat ini
Aspek biologis : sering sakit maag, migraine, batuk –batuk
Aspek psikologis : mudah cemas, kurang percaya diri, pemarah, perasaan bersalah
Aspek social : susah bergaul, menarik diri, tidak disukai, tidak mampu mendapat pekerjaan
Stressor saat ini : PHK, test masuk kerja
Manifestasi gangguan jiwa muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada masalah – masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Ketidakmampuan beradaptasi dan menerima apapun hasilnya setelah berupaya maksimal, menyebabkan individu menjadi stress.
Proses terapi
Menguatkan respon koping adaptif individu diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan dirinya dan kekuatan mana yang bias dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Peran pasien dan perawat
Klien terlibat dalam identifikasi koping yang dimiliki dan biasa dipakai klien
Perawat berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan koping klien yang adaptif.

F. Medical model (Meyer, Kraeplin)
Gangguan jiwa muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi : aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor social
Focus penatalaksanaan harus lengkap meliputi pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang
Terapis berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan jenis pendekatan terapi yang dilakukan.

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ANAK DAN REMAJA

A. PENGERTIAN

Merupakan suatu metoda sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai/mempertahankan keadaan biologi, psikologi, sosial dan spiritual yang optimal.

B. MANFAAT

Manfat menggunakan proses kep. Perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin.

Manfaat lainnya :

1. Meningkatkan otonomi & percaya diri

2. Sebagai sarana diseminasi iptek keperawatan

3. Untuk pengembangan karir melalui pola pikir penelitian

Manfaat bagi klien :

1. Askep yang diterima dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga terhindar dari malpraktek

2. Partisipasi klien meningkat dalam kep. Mandiri

Proses keperawatan mrpk sarana kerja sama antara perawat, klien dan keluarga. Dengan menyertakan klien dan keluarga maka pemulihan kemampuan mereka dlm mengendalikan kehidupan lebih mungkin tercapai & mrk akan belajar bertg jwb. thd prilakunya

C. TAHAP-TAHAP

Tahap-tahap proses keperawatan: Pengkajian, Diagnosa kep., Perencanaan,. Implementasi dan Evaluasi.

1. Pengkajian

Merupakan tahap awal dan dasar utama dr proses kep.Keg. yg perlu dilakukan perawat : mengkaji data dr klien dan keluarga ttg tanda2 dan gejala serta faktor penyebab, memvalidasi data, mengelompokkan data dan menetapkan masalah klien.

Data yg didapat digolongkan menjadi dua :

a. Data subjektif, data yg disampaikan scr lisan, o/ klien & keluarga, didapat mel. Wawancara o/ perawat thd klien & klg

b. Data objektif, data yg ditemukan scr nyata, mel. Observasi/pemeriksan langsung o/ perawat

Isi Pengkajian :

a. Identitas klien

b. Keluhan utama / alasan masuk

c. Faktor predisposisi

d. Aspek fisik/ biologis

e. Aspek psikososial

f. Status mental

g. Kebutuhan persiapan pulang

h. Mekanisme koping

i. Masalah psikososial dan lingkungan

j. Pengetahuan

k. Aspek medis

Berdasarkan sumber :

Ø Data yg langsung didapat perawat disebut data primer, data yg diambil dr hasil pengkajian atau catatan tim kes. ain disebut data sekunder.

Ø Setelah data subjektif dan objektif dapat teridentifikasi, data2 tsb dikelompokkan dan dianalisa u/ menyimpulkan masalah keperawatan klien

Kemungkinan kesimpulannya :

a. Tidak ada masalah ttp ada kebutuhan:

Ø Pemeliharaan kesehatan dan tindak alanjut ( Follow up )

Ø Memerlukan peningkatan kesehatan : promosi dan prevensi ( antisipasi )

b. Ada masalah dgn kemungkinan :

Ø Resiko terjadi masalah, sdh ada faktor yg dpt menimbulkan

Ø Aktual terjadi masalah disertai data pendukung

c. Umumnya masalah kep. saling berhubungan dan dpt digambarkan sbg pohon masalah

d. Pd pohon masalah tdp 3 komponen penting :

Ø Masalah utama (CP) : prioritas dr bbrp masalah klien. Umumnya berkaitan dgn keluhan utma/ alasan masuk.

Ø Penyebab (Causa) : penyebab masalah utama

Ø Akibat ( effect ) : akibat dr masalah utama, efek ini dpt menyebabkan efek yg lainnya dst.

2. Diagnosa Keperawatan

Mrpk suatu pernyataan masalah kep. Klien yg mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yg menunjang (Stuart & Sundeen, 1995).

a. Diagnosa kep. : Penilaian atau kesimpulan yg diambil dari pengkajian (Gordon, dlm Carpenito, 1996)

b. Dx : Masalah kesehatan aktual atau potensial yg mampu diatasi oleh perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamannya

c. Dx : identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik aktual maupun potensial ( stuart dan Laraia, 2001)

d. Diagnosa keperawatan ditetapkan melalui tahapan :

Ø Analisa data yg ditemukan ( obyektif dan subyektif)

Ø Tetapkan rumusan dignosa dlm bentuk rumusan diagnosis tunggal. Rumusannya : rumusan “Problem” etiologi tdk perlu dicantumkan ttp cukup dimengerti dan dipahami. Rumusan diagnosa keperawatan mengacu pd NANDA, 2005

Exp. 1. Resiko perilaku kekerasan

2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi

3. Isolasi sosial

4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

5. Defisit perawatan diri

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana tind. Kep. tdd : tujuan umum, tujuan khusus, kriteria evaluasi dan rencana tindakan kep.

Ø Tujuan umum : hasil tindakan berupa kemampuan akhir yg hendak dicapai (jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai)

Ø Tujuan khusus : tujuan jangka pendek s/d tujuan jangka panjang tercapai. Rumusan tujuan khusus berupa pernyataan kemampuan pasien mengatasi masalah.

Ø Kriteria evaluasi : perubahan perilaku yang “observable” untuk setiap pencapai tujuan khusus. Bentuk rumusan : tanda dan gejala tercapainya masing2 tujuan khusus

Ø Tindakan keperawatan: serangkaian tindakan yg harus dilaksanakan oleh perawat untuk mencapai tujuan yg telah ditetapkan. Setiap tujuan khusus dicapai dgn satu atau lebih tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan durumuskan dlm bentuk kalimat perintah

Ø Untuk menetapkan tujuan umum dan khusus, perawat perlu memiliki kemampuan berfikir kritis dan bekerja sama dg klien dan keluarga

Ø Rencana tindakan kep. Mrpk serangkaian tindakan yg dpt mencapai tiap tujuan khusus. Perawat dpt memberikan alasan ilmiah mengapa tindakan tsb diberikan.

Ø Rencana tindakan kep. disusun berdasarkan standar asuhan kep. Jiwa Indonesia (Depkes, 1995), berupa tindakan konseling, penkes, perawatan mandiri/ADL, tindakan kolaborasi.

4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Ø Sebelum melaks tindakan kep. yg sdh direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan kep. msh dibutuhkan dan sesuai dg kondisi klien saat ini (here and now), menilai diri sendiri ( kemampuan interpersonal, intelektual dan teknikal untuk melaksanakan tindakan, menilai kembali apakah tindakan aman bagi klien

Ø Pd saat akan melaksanakan : pwt m’buat kontrak, m’jelaskan apa yg akan dikerjakan dan peran serta yg diharapkan dr klien, dokumentasikan semua tindakan yg tlh dilaksanakan beserta respon klien

Ø Hub. saling percaya antara perawat dan klien mrpk dasar utama dlm pelaksanaan tindakan keperawatan

Ø Tindakan kep. mengacu pd perencanaan (NCP), bertujuan klien memiliki kemampuan : kognitif, afektif dan psikomotor untuk m’selesaikan masalah(diagnosa) yg dialami

Ø Strategi implementasi m’gunakan SP, yg berprinsif setiap kali interaksi dgn pasien, out put interaksi haruslah samapi pd kemampuan koping pasien.

Ø Implementasi tindakan keperawatan dilakukan berurutan secara prioritas, tapi tdk berarti sblm masalah utma terselesaikan masalah lain tdk perlu ditangani.

Ø Selain tujuan tindakan keperawatan untuk m’ubah perilaku pasien, tujuan tindakan keperawatan yg lain adalah m’ubah perilaku keluarga. Tujuan utamanya, agar keluarga :

ü Memahami mslh yg dialami pasien

ü Mengetahui cara merawat pasien

ü Dpt mempraktekkan cara merawatan pasien

ü Dpt memanfaatkan sumber yg tersedia untuk perawatan pasien

5. Evaluasi Tindakan Keperawatan

Ø Mrpk proses berkelanjutan dan dilakukan terus menerus u/ menilai efek dari tindakan kep. yg telah dilaksanakan.

Ø Evaluasi dibagi dua jenis

a. Evaluasi proses (formatif), dilakukan setiap selesai melaks. tindakan kep.

b. b. Evaluasi hasil (Sumatif), dilakukan dgn membandingkan respon klien dg tujuan yg tlh ditentukan

Ø Evaluasi dpt dilakukan dg menggunakan pendekatan SOAP, sbg pola pikir.

S : Respon subjektif klien thd tindakan kep. yg tlh dilaksanakan

O : Respon objektif klien thd tindakan kep.yg tlh dilaksanakan

A : Analisa thd data subjektif daan objektif u/ menyimpulkan apakah masalah masih ada/ tlh teratasi/ muncul masalah baru

P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien

Ø Rencana tindak lanjut dapat berupa :

a. Rencana teruskan jika masalah tdk berubah

b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap ada dan semua rencana tindakan sdh dilakukan tetapi hasil belum memuaskan

c. Rencana dan diagnosa kep. dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dg masalah yg ada

d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sdh tercapai dan yg diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yg baru

D. MASALAH-MASALAH / GANGGUAN KEJIWAAN

  1. Pada Anak

a. Ketidakberdayaan

b. Retradasi Mental

c. Gangguan perkembangan

d. Gangguan perilaku

e. Defisit perawatan diri

  1. Pada Remaja

a. HDR

b. Perilaku kekerasan

c. Perilaku bunuh diri

d. Menarik diri

e. Halusinasi

f. Waham

g. Defisit perawatan diri

h. Masalah seksualitas

i. Narkoba

1. Perilaku Kekerasan
Deskripsi: kemarahan yang diekspresikan secara berlebihan dan tidak terkendali baik secara verbal maupun tindakan dengan menciderai orang lain dan lingkungan.
Data mayor:
Subjektif: mengancam, mengumpat, bicara keras dan kasar
Objektif: agitasi, meninju, membanting, melempar
Data minor:
Subjektif: mengatakan ada yang mengejek, mengancam, mendengar suara yang menjelekkan, merasa orang lain mengancam dirinya.
Objektif: menjauh dari orang lain, katatonia

2. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
Deskripsi: gangguan persepsi dimana individu merasakan adanya stimulus melalui panca indera tanpa adanya rangsangan nyata.
Data mayor:
Subjektif: mengatakan mendengar suara bisikan/ melihat bayangan
Objektif: bicara sendiri, tertawa sendiri, marah tanpa sebab
Data minor:
Subjektif: menyatakan kesal, mengatakan senang dengan suara-suara
Objektif: menyendiri, melamun

3. Isolasi sosial
Deskripsi: ketidakmampuan untuk membina hubungan yang intim, hangat, terbuka dan interdependen dengan orang lain.
Data mayor:
Subjektif: mengatakan malas berinteraksi, mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya, merasa orang lain tidak seleven.
Objektif: menyendiri, mengurung diri, tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
Data minor:
subjektif: curiga dengan orang lain, mendengar suara-suara/ melihat bayangan, merasa tidak berguna
objektif; mematung, mondar-mandir tanpa arah, tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain.

4. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Deskripsi: ide, pikiran perasaan yang negatif tentang diri
Data mayor:
Subjektif: mengeluh hidup tidak bermakna, tidak memiliki kelebihan apapun, merasa jelek.
Objektif: kontak mata kurang, tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
Data minor:
Subjektif: mengatakan malas, putus asa, ingin mati
Objektif: tampak malas-malasan, produktivitas menurun

5. Defisit perawatan diri
Deskripsi: Ketidakmampuan dalam menjaga kesehatan diri termasuk menjaga kebersihan diri, makan minum sehat, berdandan, mengatur tidur dan bekerja dan toileting
Data mayor:
Subjektif: menyatakan malas mandi, tidak tahu cara makan yang baik, tidak tahu cara dandan yang baik, tidak tahu cara BAB/BAK yang baik.
Objektif: badan kotor, dandanan tidak rapi, makan berantakan, BAB/BAK sembarangan
Data minor:
Subjektif: merasa tidak berguna, merasa tidak perlu mengubah penampilan, merasa tidak ada yang peduli
Objektif: tidak tersedia alat kebersihan, tidak tersedia alat makan, tidak tersedia alat toileting